Peran tenaga kesehatan, termasuk bidan, penting untuk mengenali gejala penyakit tersebut agar dapat memberikan penanganan yang sesuai.
Hal itu terungkap dalam jumpa pers memperingati ulang tahun ke-59 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekaligus Kampanye Tangani Tepat Demam pada DBD Anak, Selasa (29/6).
Dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Cipto Mangukusumo (RSCM) Jakarta, Alan R Tumbelaka, mengatakan, penderita demam berdarah dengue (DBD) yang berusia di atas 15 tahun terus bertambah. Virus dengue disebarkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti.
Mengutip data Kementerian Kesehatan, dia mengungkapkan, pada 1993, penderita usia di atas 15 tahun sekitar 20 persen dan terbanyak pasien berusia 4–14 tahun, yakni sekitar 60 persen. Sisanya, anak usia 1–4 tahun dan anak di bawah satu tahun. Namun, sejak 2003 hingga sekarang, trennya berubah, yakni penderita berusia di atas 15 tahun bertambah lebih dua kali lipat. Adapun penderita berusia 4–14 tahun menyusut. ”Remaja dan dewasa harus lebih berhati-hati. Di RSCM, misalnya, sekarang ahli penyakit dalam mulai banyak terlibat pada kasus demam berdarah. Dulu, lebih banyak dokter anak,” ujarnya.
Dia mengatakan, kesimpulan itu diperoleh berdasarkan statistik dan belum diketahui penyebab perubahan proporsi usia penderita. Tanda-tanda yang dialami pasien tidak terjadi perubahan. Hanya saja, penderita anak biasanya kesulitan mengekspresikan keluhan, berbeda dengan orang dewasa.
Dia mengatakan, tenaga kesehatan harus memahami dengan baik tanda-tanda infeksi virus dengue untuk memberikan konsultasi tepat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus DBD tercatat 137.469 kasus dengan korban meninggal 1.187 jiwa tahun 2008. Sepanjang tahun 2009 jumlah kasus naik menjadi 154.855 kasus dan 1.384 meninggal dunia.
Dalam sambutan Ketua Pengurus Pusat IBI yang dibacakan Bendahara IBI, Tuminah Wiratmoko, terungkap bahwa bidan kerap menjadi garda depan yang sangat dibutuhkan
0 komentar:
Posting Komentar